Wednesday 27 December 2017

Buku Kumpulan Cerpen: Malam untuk Ashkii Dighin

Since last November 2017, I've started selling my newly published book titled "Malam untuk Ashkii Dighin". The book consists of 15 short stories with mostly surreal style.

It's been 2 months since the book was published and it's already sold for as much as 130 copies. Because I chose indie-publishing mechanism, and for the reason of affordable pricing, the book cannot be found in notable bookstore in Indonesia. For those of you who are interested to buy the book, you can directly contact me as for now.




You can see some of testimonies from the readers on my Instagram account: https://www.instagram.com/liswindio and also check for the goodreads: https://www.goodreads.com/book/show/36526871-malam-untuk-ashkii-dighin

 Thank you in advance!

Friday 21 July 2017

Ulasan Buku: Saksi Mata

Judul: Saksi Mata
Penulis: Seno Gumira Ajidarma
Penerbit: Bentang Pustaka
ISBN:  978-602-291-190-6

Salah satu fungsi karya sastra adalah untuk merayakan kemanusiaan, atau sekurang-kurangnya menjadi penanda zaman tentang hal-hal yang berkenaan terhadap masalah dan konflik kemanusiaan. Banyak sastrawan yang mengangkat topik-topik terkait penindasan dan kekejaman terhadap suatu kelompok masyarakat dalam tulisan-tulisan mereka.

Dalam kumpulan cerita pendek karya Seno Gumira Aji (SGA) yang berjudul Saksi Mata, SGA menceritakan beragam kisah penderitaan yang dialami oleh sekelompok masyarakat yang terjajah dan ditindas oleh serdadu pemerintah atau anggota militer yang dikirim ke daerah terkait untuk menekan pemberontakan.

Tiga belas cerita pendek yang terdapat dalam buku ini memiliki keterkaitan waktu dan lokasi yang dapat terlihat dari peristiwa-peristiwa serupa yang dialami oleh mereka serta nama-nama tokoh yang umumnya khas digunakan oleh masyarakat Amerika Latin yang beragama Katolik. Ketika banyak penulis modern sejak sekitar tahun 2010 baru memulai membuat kumpulan cerita pendek yang memiliki benang merah antara ceritanya, SGA telah melakukan ini sejak 1994.

Ulasan Buku: Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi

Judul: Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi
Penulis: Eka Kurniawan
Penerbit: Bentang Pustaka
ISBN: 978-602-291-072-5

Sosok Eka Kurniawan sebagai penulis dikenal secara luas khususnya melalui novel yang berjudul Cantik Itu Luka. Belakangan, salah satu karya Eka yang berjudul Lelaki Harimau menjadi nominasi di Man Booker International Prize dan karenanya Eka kembali menuai banyak pujian atas kepiawaiannya sebagai penulis.

Pun demikian, pujian bukanlah satu-satunya yang diterima Eka sebagai seorang penulis. Tidak jarang kritik pedas atas tulisan-tulisannya pun dilontarkan oleh banyak pihak. Hal yang mendasari ini bisa jadi karena konsistensi Eka Kurniawan dalam membuat tulisan yang magis dan menakjubkan tidak selalu ditemukan di semua buku-bukunya.

Ulasan Buku: Pandaya Sriwijaya

Judul: Pandaya Sriwijaya
Penulis: Yudhi Herwibowo
Penerbit: Bentang Pustaka
ISBN: 978-979-1227-70-4

Seorang teman pernah berkata kepada saya, bahwa salah satu keinginan terbesarnya adalah diberikan kemampuan (entah dengan teknologi atau melalui keajaiban metafisis) agar dapat menjelajahi masa lalu secara utuh. Dia ingin membuktikan langsung kebenaran klaim-klaim historis yang hingga saat ini seringkali diperdebatkan dan dipergunakan sebagai landasan moralitas oleh banyak pihak. Mungkin baginya menarik jika kita bisa mengetahui beragam kejadian di masa lalu dan menjadikannya sebagai pengalaman dan pengetahuan kita yang utuh, kemudian memberikan pelbagai inspirasi kepada kita, misalnya untuk membuat novel.

Saturday 22 April 2017

The Paradox of Existentialism Between Religion and Evolution

"Dostoyevsky is saying, here is that:
to be a Christian is to choose, because you have to choose of your own choice. And since you can't choose to be good -- because that'd be too rational -- you have to choose to be bad. It's existential."
(The Ice Storm, by Ang Lee)

Since watched the movie I've been thinking if doing good is too rational, and that's what humankind is "programmed" and expected to be, then the notion of being existential is indeed to choose doing bad, to act against the "codes" designed by the "programmer" or by nature, otherwise humankind is a mere group of robots.

Thursday 2 February 2017

My Existentialism Through Literary Activity

Please pardon my narcissism, but I feel like sharing (and hence, enjoying) the publicity of my name in media. Thanks to Komunitas Sastra Pawon (Pawon Literary Community) in Solo that I've joined since few months ago that has made this come true.


http://solo.tribunnews.com/2017/01/26/balai-soedjatmoko-solo-akan-gelar-bincang-buku-berjudul-berkini-tiada-tara

Sepuluh Buku yang Seharusnya Berusia Panjang

Ditulis untuk kontribusi pada buku antologi ulang tahun Sastra Pawon yang berjudul "10 Buku yang Seharusnya Berumur Panjang"

Dalam dunia buku-buku bacaan, ada banyak buku yang bagi masing-masing pembacanya meninggalkan kesan mendalam dan bahkan dapat mempengaruhi pandangan hidup si pembacanya. Buku-buku ini, sayangnya, tidaklah selalu buku-buku yang mudah ditemukan di toko-toko buku di sekitar kita. Beberapa dari buku-buku ini bisa saja belum atau tidak jual di negara kita, atau bisa juga merupakan buku tua yang sudah tidak lagi diterbitkan oleh penerbit manapun. Tentunya sebagai pembaca buku, kita berharap buku-buku yang menurut kita sangatlah penting dan berpengaruh ini dapat pula dibaca dan mengubah hidup pembaca-pembaca lain secara positif di luar sana. Dalam kesempatan ini, saya akan berbagi perspektif mengenai 10 buku yang menurut saya seharusnya secara periodik terus dicetak ulang dan akan berumur panjang (tapi tidak dalam urutan).

Thursday 5 January 2017

#14 no title

It's 2017 and unsurprisingly the quotes (from Grey's Anatomy) still relatable
I don't get it when I see people glorify love and romance and especially when they say they are happy in love, especially then. I don't get it when people say they believe in love and they will work hard to find it, when they do whatever in their might searching for someone they want so much to rely on, to spend life until death sets them apart. I don't get it why people can just be okay with when they're in love, when they let themselves absorbed wholly by the whirlpool of the emotional turbulence because of love.

I don't understand why it becomes the societal norm, why it is globally agreed as normal and seemingly nobody feels bothered by it. I don't understand why every new generation conforms to the habitude when they are ruled by the desperation of romance, by the helpless need of love. Why is it that everyone simply gives themselves in to the notion of love? Why isn't there anyone who sues or objects to such tradition that has been lasting for so many millenniums? Why on earth did love become part of our civilization? Why on earth did love emerge as one of our evolutionary behaviors? If it's just for the sake of species reproduction, lust can be really enough.

Wednesday 4 January 2017

Nobody knows us, not even us, not even anyone


PS: I don't know where the quotes are originally authored by, thus I cannot provide citation. Please tell me in case you know. Thanks