Monday 19 September 2016

Sastra di Tengah Budaya Sosialita

Also published in: http://www.qureta.com/post/sastra-di-tengah-budaya-sosialita September 18, 2016 

Artikel yang berjudul “Sastrawan Sosialita” yang dimuat oleh Koran Republika pada tanggal 8 Mei 2016 telah menarik banyak perbincangan hingga saat ini tidak hanya di kalangan para penulis, tapi juga kalangan pembaca (dan membuat si penulisnya menjadi cukup kontroversial). Ada begitu banyak argumen pro yang dilontarkan untuk mendukung pendapat si penulis artikel tersebut, namun tidak sedikit pula pembahasan dan argumen kontra dari kalangan penulis dan pembaca.

Karena sudah begitu banyak komentar dari berbagai pihak, cukup sulit menurut saya untuk menyampaikan opini agar tidak menjadi argumentum ad populum et hominem, khususnya mengingat tidak sedikit komentar-komentar baik melalui media sosial ataupun dalam diskusi-diskusi pribadi antara pembaca yang telah menyerang pribadi penulis artikel “Sastrawan Sosialita”.

Monday 12 September 2016

Semangat Kemanusiaan dalam Tradisi Kurban


Pada hari raya Idul Adha bagi umat Muslim, selain merayakan peristiwa Haji, yang tak kalah pentingnya adalah memperingati kisah Nabi Ibrahim (Abraham dalam bahasa Ibrani di ajaran Yahudi dan Kristiani) dan Nabi Ismail (Ismael dalam bahasa Ibrani di ajaran Yahudi dan Kristiani) dengan berkurban.

Kurban, secara khusus dalam tradisi Islam, diartikan sebagai persembahan kepada Allah (seperti biri-biri, sapi, atau unta pada hari Lebaran Haji). Tradisi ini merupakan bagian dari salah satu bentuk ibadah atau ritual keagamaan dalam Islam. Tak heran di negara mayoritas Muslim seperti Indonesia, setiap menjelang Idul Adha akan kita temukan banyak orang mendadak berjualan kambing dan sapi untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Thursday 1 September 2016

Kebebasan Beragama versus Iman Mayoritas

Menyoal Intimidasi dan Alienasi oleh Penganut Agama Samawi


Also published in: http://www.qureta.com/post/kebebasan-beragama-versus-iman-mayoritas August 31, 2016

Foto: commons.wikimedia.org
Hidup di negara dengan mayoritas penduduk pemeluk agama samawi — yang masing-masing dari agama samawi tersebut seringkali mengklaim bahwa Tuhan dan ajarannya adalah satu-satunya yang paling benar di muka bumi — mempertanyakan dan memaparkan fakta-fakta yang bisa jadi bertentangan dengan agama tersebut dianggap sebagai hal tabu dan dosa, kalau bukan penistaan terhadap agama.

Tidak jarang pengetahuan akan sains modern dan penemuan arkeologi dianggap sebagai antitesis terhadap ajaran agama, dan karenanya tidak boleh dijadikan landasan pandangan hidup, apalagi dasar pencarian atas kebenaran.