Friday, 11 December 2009

Nen-Hatsu (terusan)

Berikut ini link mesin tes bagi yang ingin mengetahui tipe Hatsu yang dimilikinya:
http://selectsmart.com/FREE/select.php?client=Nen

Melanjutkan tulisan mengenai nen dan aura pada posting sebelumnya, pada bagian ini saya akan menjelaskan beberapa hal seperti cara mengetahui tipe hatsu seseorang, karakter yang dimiliki tiap orang berdasarkan hatsu masing-masing, dan kombinasi teknik-teknik nen.

Berdasarkan serial anime Hunter X Hunter, jika seseorang telah berhasil menguasai nen (mengontrol auranya), maka cara untuk mengetahui tipe Hatsu seseorang tersebut adalah melalui tes deteksi air. Tes ini membutuhkan selembar daun yang mengambang pada segelas air. Caranya adalah meletakan kedua tangan pengguna nen di sekitar gelas dan kemudian menggunakan Ren. Efek dari Ren inilah yang akan membedakan Hatsu si pengguna Nen. Berikut ini akan diberikan keterangan mengenai efek yang ditimbulkan pada masing-masing jenis Hatsu.

1. Kyōka --> air meluap
2. Hōshutsu --> air pada gelas berubah warna
3. Sōsa --> daun bergerak
4. Gugenka --> muncul kristal di dasar gelas
5. Henka --> rasa air jadi manis
6. Tokushitsu --> perubahan-perubahan yang sangat berbeda dari yang disebutkan sebelumnya.

selain cara tersebut di atas, cara yang paling mudah adalah dengan melihat karakteristik seseorang. Seseorang dengan tipe Hatsu tertentu memiliki karakteristik yang khas. Cara ini bisa dibilang mirip dengan melihat karakter seseorang berdasarkan Zodiak atau Shio yang dimilikinya dan juga berdasarkan golongan darah. Meskipun cara ini tidak selalu akurat dan tepat (karena lebih mengarah kepada asumsi dan generalisasi), tapi kecenderungan dasar yang ada biasanya menunjukan sifat-sifat umum pada masing-masing Hatsu tersebut.

Berikut karakter-karakter umum yang dimiliki oleh masing-masing Hatsu:

1. Kyōka; pemikirannya sederhana, lugu, tekun, naif, tidak rumit dan apa adanya.

2. Hōshutsu; Tidak sabaran, temperamen, tidak menyukai hal-hal yang detail dan emosional

3. Sōsa; berpikiran logis, biasanya ahli di bidangnya, argumentatif, persuasif dan keras kepala,

4. Gugenka; Berperasaan halus, sensitif, imajinatif, berpikir logis tetapi cukup emosional

5. Henka; suka berbohong (dan pintar berbohong), angin-anginan, bertindak tanpa alasan, melakukan hal yang hanya menarik untuk dirinya sendiri, dan pandai mengatur strategi (yang mengejutkan dan menipu)

6. Tokushitsu; independen, individualis, karismatik, pemimpin, rumit, bisa memiliki karakter-karakter pada 5 Hatsu lainnya (karakternya berubah-ubah ataupun memang semuanya), bekerja sendiri dan sama sekali tidak bergantung pada orang lain.

Pada posting sebelumnya telah dijelaskan tentang 4 teknik dasar nen, yaitu Ten, Zetsu, Ren dan Hatsu. Berikutnya saya akan menjelaskan tentang beberapa teknik lanjutan nen yang bisa dikuasai apabila keempat teknik dasar tersebut sudah dikuasai dengan baik karena teknik-teknik lanjutan berikut ini merupakan teknik-teknik gabungan dan pengembangan dari keempat teknik dasar tersebut.

1. Shū (周 Enfold), adalah teknik lanjutan dari Ten. Shū memungkinkan pengguna Nen memperluas jangkauan aura mereka ke sebuah objek (mengalirkan aura mereka ke sebuah objek / benda), memungkinkan mereka menggunakan objek tersebut seolah-olah sebagai perpanjangan tubuh mereka (sebagai senjata). Sebagai contoh, seseorang dapat menggunakan Shū untuk memperluas jangkauan Ten mereka di sekitar suatu objek (dan bukan hanya tubuh mereka), yang dapat memperkuat dan melindungi objek tersebut seperti Ren memperkuat dan melindungi tubuh. Ini adalah teknik yang memungkinkan seseorang misalnya menggunakan kertas atau kartu sebagai senjata yang sekuat dan setajam pisau.

2. En (圓), adalah penggunaan Ren dan Ten lebih lanjut (gabungan Ren dan Ten). Dalam Ren, aura biasanya hanya melingkupi sekitar tubuh pada sebagian kecilnya saja (jangkauannya pendek). Sedangkan En adalah saat seseorang memperluas Ren mereka sehingga aura mereka mampu menjangkau radius yang lebih jauh dari biasanya (dari keadaan normal), lalu menggunakan Ten di saat yang bersamaan untuk memberi bentuk pada aura aura tersebut (biasanya berbentuk bola). seseorang yang menggunakan En bisa merasakan bentuk dan pergerakan dari apapun yang berada pada area yang dilingkupi oleh En miliknya. Kelemahan dari teknik ini adalah secara ekstrim membuat si penggunanya kelelahan karena menghabiskan banyak aura. Mereka yang menguasai En adalah tipikal yang bisanya mampu memperluas jangkauan En sampai radius 50 meter. Meskipun ada pengecualian bagi beberapa orang yang sangat kuat yang mampu memperluas jangkauan En sampai radius ratusan meter dan bahkan lebih.

3. In (隱), adalah bentuk lanjutan dari Zetsu yang hampir bisa seutuhnya menyembunyikan keberadaan pengguna Nen. In juga bisa digunakan pada kemampuan Hatsu pengguna Nen untuk membuat kemampuan Hatsu yang dimilikinya jadi tidak terlihat oleh pengguna Nen lain. In bisa dilawan (bisa terlihat) dengan menggunakan Gyō pada mata, atau dengan menggunakan En.

4. Gyō (凝), adalah teknik di mana pengguna Nen mengkonsentrasikan sejumlah aura dengan porsi yang lebih besar dari biasanya pada bagian tubuh tertentu. Gyō menambah kekuatan dari bagian tubuh tertentu tersebut, tetapi menyebabkan seluruh bagian tubuh yang lain menjadi lemah tanpa pertahanan dan mudah cedera karena hanya sedikit aura yang melindunginya. Gyō lebih sering digunakan pada mata, yang memungkinkan pengguna Nen untuk melihat sesuatu yang disembunyikan keberadaannya (objek Nen yang disembunyikan oleh In). Gyō yang dikonsentrasikan pada mata juga memungkinkan pengguna Nen untuk menganalisa lawannya untuk menemukan kelemahannya yang biasanya luput dari perhatian.

5. Ken (堅 Fortify), adalah kemampuan lebih lanjut dari teknik Ren. Ken adalah teknik pertahanan di mana pengguna Nen mengatur keadaan Ren pada seluruh bagian tubuhnya, memungkinkan pengguna untuk bertahan dari serangan yang datang dari berbagai arah tanpa harus menggunakan Gyō. Ken adalah bentuk pertahanan yang sangat berguna, tapi sangat sulit dan melelahkan untuk mengaturnya. Pada dasarnya, Ken tidak sekuat Gyō yang digunakan pada bagian tubuh tertentu karena Ken melindungi seluruh bagian tubuh (sehingga aura yang digunakan tersebar merata, tidak fokus seperti pada Gyō). Maka dari itu, Ken digunakan untuk melindungi tubuh ketika seseorang ingin bertahan secara keseluruhan.

6. Kō (硬 Temper), adalah penggunaan Gyō yang lebih kuat, di mana seluruh aura pengguna Nen hanya dikonsentrasikan pada bagian tubuh tertentu. Zetsu juga digunakan untuk seutuhnya menghentikan aliran aura pada tubuh bagian lain. Hal ini menyebabkan bagian tubuh tertentu di mana Nen dikonsentrasikan menjadi sangat kuat, tapi menyebabkan seluruh bagian tubuh yang lain menjadi tak terlindungi sama sekali. Teknik ini digunakan oleh beberapa pengguna Nen sebagai teknik serangan (sebuah tinjuan dengan menggunakan Kō akan memberikan 100% kekuatan kita pada tinjuan tersebut), tapi hal ini sangat berisiko karena menyebabkan seluruh bagian tubuh yang lain tak terlindungi sama sekali dalam pertarungan melawan pengguna Nen lain yang umumnya ini bukanlah strategi yang bagus.

7. Ryū (流 Flow), adalah kondisi yang paling tepat bagi penggunaan Gyō (mengkonsentrasikan aura secara tepat pada berbagai bagian tubuh) yanbg digunakan oleh pengguna Nen dalam pertarungan. Sebagai contoh, pengguanaan Gyō untuk meningkatkan jumlah Nen pada tendagan sebagai sebuah serangan, dengan tujuan untuk menambah hasil serangan (cedera); atau untuk menambah jumlah Nen pada lengan yang digunakan untuk memblokir serangan, sebagai pertahanan extra.

Thursday, 8 October 2009

Nen (Aura)

Mungkin ada beberapa yang belum mengetahui tentang apa yang saya maksud dengan 'Nen'. Saya rasa pasti sebagian besar orang pernah menonton Hunter X Hunter. Nen (念, Mind Force) yang dimaksudkan pada serial anime Hunter X Hunter adalah sebuah bentuk energi yang ada atau dibuat di dalam tubuh (seperti chi) yang bisa dikendalikan atau diatur dan dimanipulasi dalam berbagai cara oleh seseorang. Aliran energi ini lebih sering kita kenal dengan sebutan Aura. Meskipun begitu, seringkali yang dimaksudkan dengan Kemampuan Nen adalah energi nen (aura) itu sendiri (yang dihasilkan) serta kemampuan untuk mengendalikannya.

Beberapa manfaat dari kemampuan mengendalikan nen adalah:
  • Awet muda,
  • Memperkuat pertahanan fisik,
  • Mempercepat proses penyembuhan,
  • Memperkuat stamina,
  • dll.

Perhatikan gambar di atas. Huruf Kanji yang berada di tengah berarti Nen (念, Mind Force), yang di kanan berarti Ten (纏, Envelop), yang di kiri berarti Zetsu (絕, Suppress), yang di atas berarti Ren (練, Refine), dan yang di bawah berarti Hatsu (發, Release). Keempat jenis nen itu (ten, zetsu, ren, hatsu) adalah teknik dasar nen dan sangat fundamental. Tapi sebelum mempelajari keempat hal tersebut saya ingin menjelaskan dulu hal-hal atau pengertian-pengertian lain yang berhubungan dengan nen dan aura.

Aura adalah energi yang dihasilkan oleh semua tubuh makhluk hidup untuk bertahan hidup. Kehilangan aura berarti sama saja dengan kehilangan energi untuk menjaga tubuh tetap hidup, dan hasilnya adalah kematian (konsepnya sama dengan aliran chi, yang merupakan energi kehidupan). Aura dari semua bagian tubuh selalu mengalir keluar bersamaan, menghasilkan suatu bentuk energi. Ini terjadi tanpa disadari oleh si pemilik tubuh dan aura tersebut mengalir keluar begitu saja. Titik-titik pada tubuh tempat aura kita mengalir keluar biasa disebut titik aura atau souko.
Aura sendiri dihasilkan pada tubuh kita yang kita sebut dengan chakra. Sebenarnya tubuh kita memiliki banyak sekali chakra, tetapi biasanya hanya disebutkan terdapat 7 chakra utama, yaitu:
  1. Muladhara chakra (root chakra), mempengaruhi empat kecenderungan yang mempengaruhi manusia untuk maju, yaitu dharma (kebenaran spiritual), artha (kecenderungan psikis), kama (kesehatan fisik) dan moksa (tujuan spiritual). Meditasi pada chakra ini akan menguasai semua unsur padat (pritivi tattva). Muladhara chakra berhubungan dengan insting, keamanan, kemampuan bertahan hidup (secara fisik), dan juga dengan potensi dasar manusia. Chakra ini terletak di daerah antara bagian kelamin dan anus. Disimbolkan dengan bunga teratai dengan empat kelopak. Dengan memberikan energi prana kepada chakra ini akan memberikan rasa segar seluruh badan dan memberikan kekuatan di daerah sepanjang kaki. Untuk mengaktifkan chakra ini kita harus menghilangkan ketakutan kita yang paling dasar (rasa takut untuk menghadapi kenyataan dan takdir / panggilan kita)
  2. Svadisthana chakra (sacral chakra), mempengaruhi enam kecenderungan alami dari pikiran yaitu avajnana (ketidak pedulian), murcha (hilangnya akal sehat), pranasa (sakit karena ketakutan yang berlebihan), avisvasa (tidak percaya diri), sarvanasa (tidak berdaya), dan krurata (kasar). Terletak pada bagian tulang ekor. Meditasi pada chakra ini akan menguasai semua unsur cair (apas tattva). Intuisinya akan meningkat serta dapat mengontrol perasaannya dengan sempurna. Untuk membuka chakra ini terutama seseorang perlu mengatasi rasa bersalahnya. Disimbolkan dengan bunga teratai dengan enam kelopak.
  3. Manipura chakra (solar plexus chakra), mempengaruhi sepuluh kecenderungan yaitu lajja (malu), pisunata (kekejaman), irsa (iri hati), susupti (malas), visada (kesedihan), kasaya (jengkel), trsna (selalu merasa kurang), moha (hasrat membabi buta), ghrna (kebencian) dan bhaya (ketakutan). Chakra ini berhubungan dengan transisi dari perasaan sederhana menjadi kompleks dan merupakan pusat kekuatan. Terletak di daerah perut. Jika chakra ini mulai berkembang seseorang akan menyadari atau merasakan sesuatu tempat menyenangkan atau tidakmenyenangkan tanpa mengetahui sedikitpun sebabnya. Dalam chakra ini terdapat akumulasi panas maksimum. Disimbolkan dengan bunga teratai dengan sepuluh kelopak. Meditasi pada chakra ini akan memperoleh berbagai kekuatan (siddhi) dari unsur api (agni tattva). Untuk mengaktifkannya, seseorang harus menghilangkan perasaan kecewanya.
  4. Anahata chakra (heart chakra), disebut juga Anahata-puri atau padma-sundara. Berhubungan dengan hati manusia yaitu rasa cinta. Chakra ini terletak di dada dan disimbolkan dengan bunga teratai 12 kelopak. Memiliki dua belas kecenderungan yaitu asa (harapan), cinta (kegelisahan), cesta (usaha), mamata (kasih), dambha (kesombongan), viveka (hati nurani), vikalatah (tekanan psikis), ahamkara (egois), lolatah (ketamakan), kapatah (munafik), vitarka (suka berdalih) dan auntapa (penyesalan). Manakala seseorang menderita karena sesuatu hal dan tidak mendapatkan pertolongan, orang itu akan sakit dadanya, ini adalah pekerjaan anahata chakra yang mempengaruhi tubuh fisik. Jika chakra ini mulai berkembang, seseorang akan bisa menyadari dan memahami perasaan orang lain, bahkan mahluk halus. Ia memiliki cinta kasih ketuhanan yang murni dan suci sehingga orang yang berada di dekatnya akan merasakan ketenangan dan kedamaian yang agung. Ia mengetahui segala hal masa lalu sekarang dan yang akan datang. Untuk mengaktifkan chakra ini seseorang perlu menyadari perasaan cintanya serta adanya cinta di sekeliling dan hatinya dan juga menghilangkan kesedihan dan rasa kehilangan atas orang-orang yang dicintai dan dikasihinya.
  5. Visuddha chakra (throat chakra), memiliki kecenderungan yang mempengaruhi mental. Berhubungan dengan komunikasi dan pertumbuhan. Disimbolkan dengan bunga teratai dengan 16 kelopak. Meditasi pada chakra ini akan mengalami perkembangan pengetahuan duniawi, kesejahteraan yang meningkat, kepasrahan kepada Tuhan serta memiliki daya tarik yang luar biasa. Chakra ini memberikan kemampuan untuk mendengar suara hati serta berbagai aesvarya (kekuatan gaib). Untuk mengaktifkan chakra ini kita harus bisa membedakan antara yang salah dan yang benar melalui suara hati (nurani), serta jujur terhadap diri sendiri mengenai panggilan hidup kita atau jalan hidup yang harus kita tempuh.
  6. Ajna chakra (third eye chakra), memiliki kecenderungan yang berhubungan dengan apara (pengetahuan duniawi) dan para(pengetahuan spiritual). Berhubungan dengan waktu dan kesadaran dan kepedulian terhadap sekitar. Memiliki kekuatan cahaya. Terletak di tengah kepala. Disimbolkan dengan bunga teratai dengan 2 kelopak. Untuk mengaktifkan chakra ini kita harus terlebih dulu menyadari bahwa perpecahan dan perbedaan yang ada di dunia ini merupakan ilusi.
  7. Sahasrara chakra (crown chakra), merupakan puncak kesadaran manusia, tempat bertemunya siva dan shakti. Seseorang yang kundalini nya mencapai chakra ini maka ia akan terbebaskan dari ikatan kelahiran dan kematian, egonya melebur menyatau dengan semesta (energi kosmis). Dianggap sebagai chakra kesadaran diri. Disimbolkan dengan bunga teratai dengan 1000 kelopak. Terletak di bagian atas kepala. Untuk mengaktifkan chakra ini kita harus terlepas dari kejadian masa lalu yang sangat melekat dengan kita dan kita harus melepaskan diri kita dari duniawi.
Kenyataannya sangat tidak mungkin bagi kita untuk secara murni mengaktifkan seluruh chakra tersebut secara penuh karena jika kita ingin membuka chakra kita secara penuh, kita harus mengaktifkan semuanya satu persatu dari yang paling bawah (dari chakara pertama sampai ketujuh). Bahkan untuk "membuka" chakra pertama saja adalah hal yang hampir sangat tidak mungkin bagi kita. Tapi jika kita ingin bermeditasi pada chakra-chakra tertentu secara tidak berurutan dengan tujuan meningkatkan sisi positif yang ada pada masing-masing chakra adalah hal yang sangat mungkin kita lakukan.

Bagi yang masih bingung mengenai chakra, akan dijelaskan sebagai berikut.

Chakra merupakan pusaran energi (sumber energi) yang memancarkan aura (bentuk energinya). Analoginya adalah chakara ibarat ngarai yang mengalirkan air (aura). Dalam hidup kita tidak tahu apa pun bisa saja jatuh ke ngarai tersembut dan menyumbat aliran air. Untuk kembali membuat air tersebut mengalir maka kita harus membuang kotoran yang menyumbatnya. Begitu pun aura. Hal-hal negatif yang disebutkan di atas adalah yang menghambat aliran aura yang harus kita hilangkan agar aura dapat mengalir dengan lancar melalui souko.

Seorang pengguna nen berlatih untuk secara manual membuka dan menutup titik-titik auranya (souko) supaya mereka bisa mengontrol aliran aura mereka. Seseorang bisa mempelajari ini secara bertahap, mempelajari untuk mengontrol titik aura tersebut dengan meditasi (umumnya seseorang mempelajari cara mengontrol aliran aura dengan membuka atau menguasai souko mereka melalui meditasi), atau dengan menerima sebuah aliran aura dalam jumlah besar(gehou)dari pengguna nen yang berpengalaman untuk memberi gaya atau dorongan pada titik-titik aura untuk membuka (lebih tepatnya membuka souko secara paksa).

Analoginya adalah ibarat memberikan arus air yang sangat deras kepada ngarai tersebut sehingga kotoran yang menutup aliran air tersebut pun bisa terdorong dan hanyut. cara ini sebenarnya dilarang karena dianggap sangat berbahaya (meskipun bisa menguasai nen jauh lebih cepat, tak perlu meditasi bertahun-tahun) karena bisa membahayakan nyawa dan menyebabkan kematian.

Ketika seseorang sudah berhasil membuka titik-titik auranya, dia akan mampu untuk melihat auranya (dan warnanya) menyelimuti sekeliling tubuhnya. Selain itu semua, beberapa orang mampu untuk "menemukan" dan mempelajari cara untuk memanipulasi (mengendalikan) aura mereka dengan cara dan kemampuan mereka sendiri (bakat), tanpa perlu pengajaran dan bimbingan dari pengguna nen lainnya.

Jadi, secara sederhana, chakra merupakan pabrik aura, aura merupakan energi kehidupan, dan souko adalah titik-titik pada tubuh tempat aura keluar.

Berikut ini akan dijelaskan empat teknik dasar nen yang sebelumnya telah disebutkan (ten, zetsu, ren, hatsu).
  1. Ten, ketika seseorang berhasil membuka souko-nya (mengalirkan auranya ke luar), dia harus mempertahankan auranya di sekitar tubuhnya dan mengendalikan derasnya aliran aura yang keluar agar aura tersebut tidak habis. Jika aura yang merupakan energi kehidupan terus mengalir deras dari tubuh maka lama-kelamaan tubuh akan merasa lemas dan akhirnya mati. Teknik ini adalah pertahanan paling dasar melawan serangan fisik dan emosional dari pengguna nen lainnya. Dengan menggunakan ten, kita bisa mencegah penuaan karena aura yang kita kontrol jadi tidak terbuang percuma.
  2. Zetsu, menghentikan seluruh aliran aura keluar dari tubuh secara serentak. Dengan menutup souko, pengguna zetsu bisa menghentikan aliran aura tersebut keluar dari tubuhnya. Orang yang menggunakan zetsu bisa lebih sensitif terhadap aura orang lain karena tubuhnya sudah tidak dilapisi/dikelilingi oleh auranya sendiri (ibarat tidak pakai baju, lebih bisa merasakan panas dinginnya suhu lingkungan). Zetsu sangat bermanfaat untuk memata-matai dan menguntit orang lain karena orang lain jadi tidak bisa merasakan aura kita (seakan-akan keberadaan kita jadi tidak ada karena orang lain tersebut jadi tidak bisa merasakan energi kehidupan kita) sehingga dia tidak akan menyadari kehadiran kita. Zetsu juga bisa digunakan untuk memulihakan kondisi tubuh (menjadi segar dan kuat kembali dari kelelahan) karena aura yang ditahan keluar jadi memenuhi tubuh bagian dalam. Tetapi karena zetsu berarti menutup aliran aura seseorang, hal tersebut bisa sangat berbahaya karena berarti kita tidak punya pertahanan fisik terhadap serangan luar (khususnya serangan aura dari orang lain). Bahkan serangan lemah yang diselimuti aura bisa menjadi luka yang fatal (ingat fungsi ten).
  3. Ren, bisa dibilang sebagai aplikasi dari ten. Pengguna nen yang mampu mempertahankan auranya berarti bisa mengontrol aliran auranya. Dengan ren, pengguna nen tersebut mampu mempertahankan/membuat auranya keluar dari tubuhnya sekuat-kuatnya dan sebesar-besarnya (lawan dari zetsu) tanpa perlu khawatir akan kehilangan auranya (karena dia bisa mengontrol auranya untuk tidak digunakan secara terus-menerus). Ren memfokuskan untuk mengeluarkan aura dalam jumlah yang sangat besar dan mempertahankannya di sekitar tubuh, memperbesar ukuran dan intensitas aura tersebut. Ini menambah kemampuan fisik seseorang dan agar staminanya dalam keadaan maksimal.
  4. Hatsu, merupakan aplikasi langsung dari ren. Ren merupakan teknik mengeluarkan aura dari dalam tubuh, sedangkan hatsu berarti memproyeksikan aura tersebut secara spesifik dengan cara tertentu untuk berbuat sesuatu (menggunakan aura untuk berbuat sesuatu). Hatsu yang bagus harus bisa mencerminkan karakter seseorang; seseorang tidak akan bisa menguasasi nen secara penuh jika dia hanya meniru kemampuan orang lain. Hatsu mempunyai beberapa kategori yang berbeda, dan aura dari setiap individu diposisikan pada kategori yang berbeda. Selama mempelajari nen, seseorang bisa menentukan/memutuskan untuk mempelajari bagaimana mengaplikasikan kemampuan nen-nya dengan caranya sendiri sesuai (yang cocok) dengan kepribadiannya, yang bisa berkembang menjadi kemampuan yang unik (kemampuan yang berbeda dari kemampuan orang lain).

Berikutnya penjelasan akan lebih mengenai hatsu karena merupakan aplikasi secara nyata dari penggunaan nen itu sendiri.
           

Ada beberapa tipe Hatsu:
  1. Kyōka (強化) / Enhancement (Reinforcement), bagan yang paling atas, merupakan kemampuan untuk menggunakan aura untuk menambah efisiensi dari sebuah objek atau tubuh seseorang. Maka dari itu, seseorang bertipe kyōka mampu menambah kemampuan serangan dan pertahanan fisiknya secara signifikan, dan sangat cocok untuk pertarungan jarak dekat. Kyōka adalah tipe hatsu yang paling seimbang, memungkinkan pengguna untuk membuat dirinya berada dalam keadaan menyerang dan bertahan dan menjadi sangat kuat hanya dengan menggunakan kamampuan yang sederhana. Contoh dari kemampuan tipe kyōka yang kompleks adalah termasuk meningkatkan kemampuan seseorang untuk memulihkan dirinya.
  2. Hōshutsu (放出) / Emission, bagan yang ada di bagian kiri atas, merupakan kemampuan yang memungkinkan penggunanya mengontrol keadaan auranya ketika terpisah dari tubuhnya. Ini berarti, orang dengan tipe hatsu hōshutsu bisa melepaskan auranya dari tubuhnya tanpa kehilangan kontrol atas auranya. Biasanya aura intensitas aura berkurang sangat cepat ketika terpisah dari tubuh pengguna (karena aura tersebut berada pada jarak yang jauh dari sumber aura tersebut dihasilkan), tapi tipe hōshutsu bisa memisahkan aura dari tubuhnya dalam jangka waktu yang panjang dan masih bisa mengaturnya. Bisa dikatakan, semua hal yang berhubungan dengan jarak bisa dilakukan oleh tipe hōshutsu.
  3. Henka (変化 ) / Transmutation (Transformation), bagan yang ada di bagian kanan atas, merupakan kemampuan untuk mengubah properti aura untuk meniru bentuk benda lain. Bentuk yang diciptakan melalui henka sebenarnya adalah aura, hanya saja perwujudannya tidak seperti aura. Secara sederhana, aura yang ada hanya meniru komponen pembentuknya saja, tidak berubah menjadi benda tersebut (meniru sifat-sifat pembentuknya dan sifat-sifat benda itu sendiri, misal: meniru sifat elektronnya, meniru sifat asamnya, meniru sifat lengketnya, dll.). Jadi, pengguna henka bisa membuat auranya meniru sifat dari suatu benda (baik nyata atau pun imajiner). Meskipun begitu, jika seorang pengguna henka ingin meniru sifat / properti dari suatu benda, tidak berarti seluruh sifat / propertinya ditiru, pengguna henka bisa menentukan untuk hanya meniru yang penting-penting saja. Orang yang tidak menguasai nen (tidak bisa melihat aura) tidak bisa untuk melihat substansi yang dibentuk oleh henka (karena substansi yang terbentuk itu masih merupakan aura).
  4. Sōsa (操作 ) / Manipulation, merupakan kemampuan untuk mengontrol benda hidup atau pun tak hidup. Kemampuan yang dimiliki pengguna sōsa cenderung lebih rumit dan umumnya membutuhkan kondisi tertentu yang harus dicapai sebelum si pengguna mampu mengontrol objek yang diinginkannya. Bisa diinterpretasikan seseorang yang dikontrol oleh tipe sōsa berarti dia terkena hipnotis. Meskipun begitu, tipe sōsa tidak bisa mengontrol kemauan seseorang, hanya tubuhnya saja.
  5. Gugenka (具現化 ) / Conjuration, merupakan kemampuan untuk menciptakan benda atau materi independen dan nyata secara fisik yang berasal dari aura seseorang. Sekali seseorang berhasil menguasai gugenka dan menciptakan materi tertentu, dia bisa memunculkan dan menghilangkannya dalam waktu yang tak berarti, kapan pun dia mau. Gugenka adalah satu-satunya penggunaan nen yang bisa menciptakan benda-benda secara nyata (fisik) di mana semua orang (termasuk orang awam, bukan pengguna nen) bisa melihat dan menyentuhnya. Benda yang diciptakan melalui gugenka bisa memiliki kemampuan khusus yang ditambahkan kepadanya oleh si pengguna nen dengan syarat-syarat (kondisi) tertentu yang harus dipenuhi. kemampuan gugenka haruslah sangat spesifik, kompleks dan kondisional (memenuhi kondisi yang ditentukan). Syarat kondisi yang ditambahkan pada materi gugenka adalah untuk membuat kekuatannya jauh lebih kuat.
  6. Tokushitsu (特質) / Specialization, adalah kemampuan nen yang tidak termasuk dalam 5 kategori lainnya. Ini adalah kategori kemampuan yang paling berbeda dan sulit dijelaskan karena sama sekali tidak dapat dihubungkan dengan kelima tipe nen lainnya, tapi ada juga yang berdasarkan kelima kategori tipe nen lainnya. Misalnya: seorang bertipe tokushitsu bisa saja menguasai seluruh kemampuan nen yang ada (kelima jenis nen) sekaligus dan ada pula yang memiliki kemampuan yang sama sekali berbeda dari kelima jenis nen yang ada (kemampuan spesial). Jenis kemampuan yang muncul pada seorang tokushitsu tidak memiliki hubungan dan kesamaan sifat dengan pengguna tokushitsu lainnya (berbeda dengan 5 jenis nen yang lain). Misal: meskipun dua orang pengguna gugenka menciptakan kemampuan dan jurus yang berbeda, tetapi sifat dan konsep dasar kemampuan atau kekuatan mereka sama. Seorang tokushitsu dapat dikatakan seorang yang menguasai semua 5 jenis nen lainnya dengan efisiensi 100% (sehingga mampu menciptakan kemampuan-kemampuan spesial yang berbeda dan unik). Hal-hal spesial yang berhubungan dengan kehidupan, kematian, aura, waktu, takdir atau nasib, pikiran dan lainnya dapat dilakukan oleh seorang tokushitsu.
Biasanya, seseorang mampu memiliki kemampuan untuk menggunakan lebih dari satu kemampuan nen, tapi tipe hatsu tetap tidak bisa diubah. Misal seorang bertipe hatsu kyōka, selain menggunakan kekuatan tipe kyōka dia juga mampu menggunakan tipe kekuatan hōshutsu meskipun efisiensinya jadi dibawah 100% (karena hōshutsu bukan tipe hatsu aslinya). Tetapi, meskipun mampu menggunakan kemampuan nen dari hatsu lain selain tipe hatsu miliknya, tetap saja tipe hatsu lain yang mampu dikuasainya hanya tipe hatsu yang berdekatan dari tipe hatsu aslinya. Jadi, misalnya seorang berkemampuan kyōka tadi ingin menggunakan tipe hatsu lain, dia hanya bisa meraih tipe hatsu hōshutsu dan henka saja. Dia tidak akan mampu untuk menggunakan gugenka dan sōsa dengan baik atau bahkan tidak mampu sama sekali.

Sebagai parameter, seorang dengan tipe hatsu kyōka, mampu kemungkinan terbaik hanya mampu menggunakan hōshutsu dan henka dengan efisiensi 80%, sedangkan untuk menggunakan tipe gugenka dan sōsa hanya 60%. Sedangkan untuk menguasai tipe tokushitsu 0% (karena tokushitsu merupakan tipe spesial).

Begitu pun misalnya tipe gugenka, hanya mampu menguasai henka dengan efisiensi 80%, menguasai kyōka dan sōsa dengan efisiensi 60%, menguasai hōshutsu dengan efisiensi 40%, dan tokushitsu tetap 0%.

Meskipun terkesan merugikan bagi gugenka dan sōsa, tetapi perlu diketahui bahwa hatsu seseorang sejak lahir bisa berubah berdasarkan faktor-faktor lingkungan dan kondisi sekitar seseorang tersebut dibesarkan. Dan perubahan hatsu ini hanya paling mungkin terjadi ke arah tipe hatsu yang paling dekat dengan tipe hatsu aslinya. Jadi, tipe hatsu lain yang paling mungkin menjadi tipe hatsu tokushitsu adalah gugenka dan sōsa.

Wednesday, 7 October 2009

Perang dan Perdamaian

Saya yakin semuanya yang membaca judul tulisan ini memiliki pengertian yang sama tentang yang saya maksud dengan PERANG dan PERDAMAIAN. Kita semua sangat paham tentunya bahwa perang adalah hal yang buruk dan tidak seorang pun menginginkannya, sedangkan perdamaian adalah hal yang sangat ingin kita miliki. Dari pernyataan tersebut, kemudian muncul pertanyaan "Jika semua orang menginginkan perdamaian dan tak seorang pun menginginkan peperangan, mengapa sampai sekarang semua orang terus berperang dan kita sama sekali tak merasakan adanya perdamaian yang sesungguhnya di dunia ini ?"

Perdamaian yang sesungguhnya. Ya, saya menggunakan kata 'perdamaian yang sesungguhnya' karena sebenarnya semua orang di dunia saat ini tak ada yang merasakan perdamaian, tak seorang pun. Jika salah satu di antara kita mengatakan bahwa kita hidup damai dan aman-aman saja, tak ada peperangan yang kita alami, maka saya akan katakan bahwa kedamaian yang seperti itu adalah kedamaian yang salah dan palsu. Kenyataan bahwa kita tak mempedulikan dan tak mau terlibat dalam konflik yang sebenarnya sedang berlangsung di dunia ini adalah bukti bahwa sebenarnya yang kita alami saat ini bukanlah rasa damai, melainkan rasa takut dan tidak peduli dengan keadaan orang lain di luar sana yang mungkin kita tidak kenal. Padahal tidak menutup kemungkinan kalau kapan pun kita bisa saja berada dalam posisi mereka yang sedang terlibat peperangan. Dan ketika kita sudah berada dalam keadaan tersebut maka kita tidak bisa lari lagi dan barulah akhirnya sadar bahwa selama ini di dunia ini tak pernah ada kedamaian dan perdamaian. Semua orang berperang dan memegang senjata masing-masing. semua orang saling membenci dan berprasangka satu sama lain.

Kembali ke pertanyaan: "Jika semua orang menginginkan perdamaian dan tak seorang pun menginginkan peperangan, mengapa sampai sekarang semua orang terus berperang dan kita sama sekali tak merasakan adanya perdamaian yang sesungguhnya di dunia ini ?"

Saya rasa seharusnya kita semua tahu jawabannya, yaitu perbedaan. Kita sadar bahwa terlalu banyak perbedaan yang terjadi di dunia ini. Antara satu individu dengan satu individu yang lain bahkan sudah terlalu banyak hal yang berbeda, antara dua anak kembar identik bahkan dapat kita temukan berbagai macam perbedaan yang mereka miliki, apalagi perbedaan antarkelompok yang ukurannya jauh lebih besar yang jelas-jelas sangat berbeda dalam segala hal.

Orang biasa mengatakan perbedaan itu menunjukkan bahwa setiap orang adalah unik, memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dan makanya harus saling melengkapi. Tapi kenyataannya perbedaan hanya menimbulkan konflik dan peperangan. Hal ini terjadi karena meskipun kata-kata manis tentang perbedaan itu telah diucapkan, setiap orang tetap saja masih sulit untuk menghargai hal tersebut. Dalam realitanya memang konflik bagi kita untuk menerima perbedaan yang ada.

Untuk menyederhanakan ini semua, saya akan menjabarkan dalam skala yang lebih kecil.

Kita dalam kehidupan sehari-hari pasti sering melihat berbagai orang yang berbeda dengan kita. Suku, Agama, Ras/Subras, Kebudayaan, Pendapat, Ideologi-Idealisme, Sudut Pandang, Keinginan, Kebutuhan, Karakter, Perilaku, Hobi, dan masih banyak lagi. Semua perbedaan itu baik langsung maupun tidak langsung telah melahirkan konflik di antara kita. Sebagai contoh nyata:
  1. Jika kita berasal dari suatu agama tertentu (misal: agama A) tiba-tiba harus berinteraksi dengan orang dari agama lain (misal: agama B) apalagi melihat orang dari agama B itu melakukan ritual keagamaannya, pasti di hati kita sudah ada perasaan yang agak mengganjal terhadap orang itu. Bahkan sebelum mengenal orang lain yang berbeda agama pun kita sudah memiliki paradigma yang buruk tentang siapa pun yang berbeda agama tersebut (siapa pun yang agamanya berbeda dari kita, pasti buruk).
  2. Jika kita berasal dari suku tertentu (misal suku A), pasti kita sudah memiliki pemikiran bahwa suku kita adalah yang paling baik dan kita pun sudah memiliki pandangan-pandangan dan pemikiran-pemikiran yang negatif tentang suku lain (melabelkan suatu suku tertentu dengan suatu sifat buruk atau celaan).
  3. Jika kita berasal dari ras/subras tertentu (misal: ras/subras A) tiba-tiba mengenal/melihat dan berinteraksi dengan orang berbeda ras/subras, pasti kita pun langsung memiliki perasaan yang mengganjal atas perbedaan yang ada antara kita dengan orang tersebut berdasarkan ras/subras masing-masing (misal: warna kulit, bentuk rambut).
  4. Jika kita memiliki paradigma dan pola pikir yang berbeda dengan orang lain, pasti kita langsung merasa kurang suka dengan orang tersebut dan lalu muncul keinginan kita untuk mempengaruhinya agar kemudian orang tersebut memiliki paradigma dan pola pikir yang sejalan dengan kita.
  5. Jika kita memiliki hobi dan karakter yang berbeda dari seseorang, kita langsung merasa kurang cocok dengan orang tersebut sehingga dari rasa tidak cocok itu kita mulai merasa tidak suka dengan orang tersebut.
  6. dll.
Semua perbedaan yang ada itu sama sekali tidak melahirkan rasa kebersamaan di antara kita melainkan konflik yang awalnya hanya secara pribadi dan dipendam yang kemudian akhirnya bisa meluas. Hal inilah yang kemudian melahirkan perang di dunia ini, sebuah perasaan yang menyatakan bahwa yang berbeda harus mati dan tidak pantas untuk berada di dunia ini hanya karena tidak sama.
Kenyataannya, memang tidak ada satu pun solusi bagi masalah ini, karena secara serempak semua orang di dunia tanpa terkecuali melakukan hal tersebut. Walaupun awalnya tampak sebagai hal yang sepele, tetapi akhirnya bisa melahirkan masalah yang sangat besar.

Meskipun demikian, tak ada salahnya bagi kita menyadari dan perlahan-lahan belajar untuk mengurangi konflik dari perbedaan tersebut karena sesungguhnya seluruh perbedaan yang ada di dunia ini hanyalah Ilusi semata. Semua hal yang ada sangat terlihat sebagai hal yang saling berbeda satu sama lain, tapi pada dasarnya semua hal tidak yang berbeda, semuanya sama. Yang membuat hal-hal itu tampak berbeda hanyalah bagaimana alat indera kita menanggapi dan kemudian otak kita merespon hal tersebut. Ya, sesungguhnya semua berbeda karena menurut penglihatan dan pendengaran kita semua itu adalah hal yang saling berbeda satu sama lain.

Dalam hal ini, berarti perdamaian hanya akan dapat diraih jika seluruh manusia di dunia ini buta dan tuli. Jika tak ada seorang pun yang bisa melihat atau pun mendengar, maka tak satu hal pun yang berbeda bukan? Dengan begitu semuanya akan menjadi sama. Jika perbedaan melahirkan perang, perang melahirkan penderitaan, maka perbedaan adalah melahirkan penderitaan. Jika dengan melihat dan mendengar hanya akan melahirkan perbedaan, maka melihat dan mendengar pun hanya akan melahirkan penderitaan, berarti melihat dan mendengar adalah sumber penderitaan. Maka jika kita ingin menghilangkan semua penderitaan itu, berarti kita semua harus menjadi buta dan tuli agar tidak ada perbedaan. Tidak bisa melihat dan mendengar berarti tidak ada perbedaan. Tidak ada perbedaan berarti tidak ada perang dan kebencian. Tidak ada perang dan kebencian berarti tidak ada penderitaan. Tapi apakah dunia seperti itu yang kita inginkan? Apakah kita menginginkan dunia yang gelap dan sepi tanpa cahaya dan nyanyian lagu? Saya rasa tidak.

Kita semua melihat hal ironis yang terjadi saat ini, yaitu ketika dunia ini menyatakan bahwa semua orang menginginkan perdamaian, di saat yang sama semua orang pun memegang senjata masing-masing. Menginginkan perdamaian tapi menggenggam senjata dan siap untuk menyerang? Sungguh hal yang sangat konyol. Mungkin ada yang beralasan bahwa jika tidak memegang senjata, maka tidak akan bisa melindungi dan mempertahankan diri bila suatu saat ada yang menyerang. Tapi menurut saya jika semua orang mengatakan hal seperti itu, berarti mereka semua telah berprasangka buruk satu sama lain. Bagaimana mungkin dunia ini bisa damai jika semua orang saling berprasangka buruk seperti itu?

Ketika ada yang menyerang kita, dikatakan kepada kita untuk mempertahankan diri demi nyawa kita dan mereka yang ingin kita lindungi dan demi harga diri kita. Sungguh suatu definisi yang gamblang bahwa yang dimaksud mempertahankan diri di sini adalah menyerang balik karena jika tidak membunuh lawan maka kitalah yang akan dibunuh. Tapi di sini saya mengatakan bahwa membunuh karena ada yang dibunuh, dibunuh karena membunuh. Apakah dengan seperti itu dunia ini bisa menjadi damai? Jika kita menyakiti anak seorang ibu, maka ibu itu akan marah kepada kita karena kita menyakiti anaknya. Sebaliknya, jika ibu itu menyakiti kita maka orangtua kita akan marah terhadap ibu itu.

Apapun alasannya manusia menyakiti satu sama lain, itu tetaplah hal yang tidak dibenarkan. Jika memang ada yang ingin kita lawan bukanlah mereka yang berbeda dari kita, melainkan orang-orang yang menghendaki peperangan itu sendiri. Jika memang ingin melawan bukanlah dengan konfrontasi karena peribahasa pun menyatakan banyak jalan menuju roma. Bukanlah dengan kebencian kita saling melengkapi, melainkan dengan cinta. Jika kita ingin saling mencintai, maka kita harus bisa saling berbagi dan mengerti satu sama lain. Hanya ketulusan seseoranglah yang bisa menyentuh hati orang lain. Tak ada orang yang jahat di dunia ini, yang ada hanyalah mereka yang belum merasa kebaikan dari orang lain, belum merasakan kebaikan dari sesuatu yang berbeda dari mereka. Maka kita haruslah menunjukkan kebaikan itu dengan tulus.

Perbedaan yang ada di antara kita tidak lebih hanyalah merupakan warna-warni dunia yang menghiasi kehidupan yang bernaung di bawah langit biru. Apakah salah jika berbeda? Memangnya ada yang menghendaki perbedaan? Memangnya ada yang ingin dilahirkan berbeda dari yang lainnya? Tapi jika suatu lukisan hanya terdiri dari satu warna, apakah akan indah lukisan tersebut? Hendaknya kita semua memaknai perbedaan tersebut dengan penuh perenungan bahwa sesungguhnya meskipun kita semua berada dalam jalur yang berbeda, tetapi sebenarnya tujuan kita adalah sama. Perbedaan jalur terjadi karena kita hanya melakukan sesuatu sesuai yang kita yakini benar, sesuatu yang tidak lebih dari subyektivitas belaka. Tapi justru itu semualah yang kian memberi berbagai macam warna di dunia ini sehingga dunia ini menjadi hidup.

Tuesday, 6 October 2009

Pembukaan

Untuk pertama, salam kenal dulu aja dhe.. sekalian buat coba hasilnya kayak gimana..
^^
maklum lah y..newbie..hehehe...
btw, isi dari blog ini kira2 bakal tentang berbagai macam hal...

SAYA AKAN MENGANGKAT HAL-HAL YANG TABOO, MENJADI LAYAK DIPERBINCANGKAN
SEMUANYA AKAN DIBAHAS SECARA TAJAM, SETAJAM SHILETE....

Selamat Menikmati...
^^